Menyajikan Informasi dan Model Baju Muslimah terbaru serta Berbagai Artikel Menarik Lainnya

Minggu, 20 September 2020

Deskripsi dan Penjelasan Tentang Rumah Adat

 

1.    RUMAH ADAT ACEH (RUMOH ACEH)

Rumah Krong Bade adalah rumah adat dari Nanggroe Aceh Darussalam. Rumah Krong Bade juga biasa dikenal dengan nama rumoh Aceh. Rumah ini mempunyai tangga depan yang digunakan bagi tamu atau orang yang tinggal untuk masuk ke dalam rumah. Rumah Krong Bade adalah salah satu budaya Indonesia yang hampir punah.

Rumah Aceh (Aksara Jawoë : رومه عادة اچيه) atau yang lebih dikenal dengan nama "Rumoh Aceh" merupakan rumah adat dari suku Aceh. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagan utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga.



Rumoh Aceh di Museum Aceh dengan Lonceng Cakra Donya di kawasan pekarangannya. Foto ini diambil oleh tentara Kerajaan Belanda di Banda Aceh sekitar awal abad ke 20 ketika Sultan Aceh masih bertahta.

Bagi suku bangsa Aceh, segala sesuatu yang akan mereka lakukan, selalu berlandaskan kitab adat. Kitab adat tersebut dikenal dengan Meukeuta Alam. Salah satu isi di dalam terdapat tentang pendirian rumah. Di dalam kitab adat menyebutkan: ”Tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau balai-balai atau meunasah pada tiap-tiap tiang di atas itu hendaklah dipakai kain merah dan putih sedikit”. Kain merah putih yang dibuat khusus di saat memulai pekerjaan itu dililitkan di atas tiang utama yang di sebut tamèh raja dan tamèh putroë”. karenanya terlihat bahwa Suku Aceh bukanlah suatu suku yang melupakan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

    Dalam kitab tersebut juga dipaparkan bahwa; dalam Rumoh Aceh, bagian rumah dan pekarangannya menjadi milik anak-anak perempuan atau ibunya. Menurut adat Aceh, rumah dan pekarangannya tidak boleh di pra-é, atau dibelokkan dari hukum waris. Jika seorang suami meninggal dunia, maka Rumoh Aceh itu menjadi milik anak-anak perempuan atau menjadi milik isterinya bila mereka tidak mempunyai anak perempuan.Untuk itu, dalam Rumah Adat Aceh, istrilah yang dinamakan peurumoh, atau jiak diartikan dalam bahasa Indonesia adalah orang yang memiliki rumah.

 


Salah satu negara di dunia ini yang mempunyai keanekaragaman budaya dan kultur adalah Indonesia. Tidak ada lagi negara yang memiliki pluralisme yang tinggi seperti Indonesia. Selain itu juga wilayah negara Indonesia sangat luas dan menjadikannya mempunyai banyak destinasi wisata yang menarik. Salah satu keragaman Indonesia yang lainnya adalah mempunyai rumah adat dengan desainnya yang sangat unik dan berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. 

Salah satu rumah adat di Indonesia yang unik dan mempunyai desain yang menarik adalah rumah adat Krong Bade Aceh. Tidak ada rumah adat yang mempunyai desain yang sama persis. Setiap rumah adat memiliki desain khasnya tersendiri dan membedakannya dari rumah adat yang lain. Agar Anda bisa lebih mengetahui dan mengenal rumah adat Aceh dengan lebih lengkap maka pada artikel kali ini akan dibahas mengenai:

  1. Rumah Adat Aceh atau Krong Bade Adalah
  2. Ciri-ciri Rumah Adat Aceh Krong Bade
  3. Trik Bangun Rumah 2 Lantai Bergaya Tradisional
  4. Komponen Utama Rumah Adat Aceh
    1. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)
    2. Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)
    3. Rumoh-Inong (Rumah Induk)
    4. Rumoh-dapu (Dapu)
    5. Seulasa (Teras)
    6. Kroong-padee (Lumbung Padi)
    7. Keupaleh (Gerbang)
    8. Tamee (Tiang)
  5. Tahapan Membangun Rumah Adat Aceh
    1. Musyawarah
    2. Pengadaan Bahan
    3. Pengolahan Bahan
    4. Pendirian Rumah
  6. Keunikan Rumah Adat Aceh

1. Rumah Adat Aceh atau Krong Bade

Indonesia sudah mempunyai rumah adat sejak waktu yang sangat lama. Rumah adat atau rumah tradisional adalah sebuah rumah yang dalam proses pembangunannya mempunyai cara yang sama dan tidak pernah berubah atau hanya mengalami penyesuaian sedikit dari generasi awal dan seterusnya. Rumah adat erat kaitannya dengan dengan masing-masing grup etnis di Indonesia.

Setiap rumah adat dibangun dengan memperhatikan fungsi sosial dan kegunaannya. Tidak ada rumah adat atau rumah tradisional yang dibuat tanpa memiliki fungsi sama sekali. Tidak hanya itu saja, Anda juga akan bisa melihat cara hidup dan ekonomi hanya dari rumah tradisionalnya saja.

Di Aceh juga terdapat rumah adatnya tersendiri yang bernama Rumah Krong Bade. Selain itu, rumah adat ini juga mempunyai panggilan lain yaitu rumoh Aceh. Namun, sungguh disayangkan bahwa saat ini Rumah Krong Bade sudah hampir punah dan mulai sulit untuk ditemui. Salah satu penyebab Rumah Krong Bade mulai ditinggali adalah karena biaya pembuatan rumah modern jauh lebih murah dan mudah daripada Rumah Krong Bade. Selain itu juga karena terdampak perkembangan zaman membuat penduduk secara perlahan mulai menyesuaikan gaya hidup dan memperbarui tempat tinggalnya.

2. Ciri-ciri Rumah Adat Aceh Krong Bade

Setiap rumah adat yang ada di Indonesia mempunyai desainnya yang berbeda-beda. Rumah Krong Bade sendiri mempunyai beberapa ciri khas yang membedakannya dengan rumah adat lain. Rumah Krong Bade mempunyai sebuah tangga pada bagian depan rumah untuk orang-orang yang akan masuk ke dalam rumah. Tangga yang ada juga umumnya mempunyai jumlah ganjil sesuai dengan kepercayaan mereka. Rumah Krong Bade membutuhkan tangga karena tinggi rumahnya yang naik beberapa meter dari tanah.

Rumah Krong Bade naik dari tanah karena untuk mengurangi panas dari dalam rumah dengan membiarkan udara melewati bagian kolong dari rumah. Selain itu juga rumah dibuat tinggi dengan maksud untuk mengurangi kelembapan di dalam rumah dan memperlambat pembusukan dari makanan yang ada di dalam rumah. Selain itu di dalam Rumah Adat Krong Bade juga terdapat ukiran pada dinding rumahnya. Banyaknya ukiran yang ada di dalam rumah menyesuaikan dengan tingkat ekonomi dari pemilik rumah tersebut.

3. Trik Bangun Rumah 2 Lantai Bergaya Tradisional

Mempunyai dan membangun rumah sendiri adalah sebuah hal yang sangat menarik. Anda bisa dengan leluasa menentukan desain dan rancangan dari tempat tinggal Anda. Membangun rumah adalah sebuah proses yang tidak bisa diputar kembali oleh karena itulah Anda harus benar-benar yakin untuk menentukan desain dari rumah yang akan Anda bangun.

4. Komponen Utama Rumah Adat Aceh

Setiap bagian rumah adat mempunyai komponennya yang berbeda-beda. (Foto: Wikipedia)

Rumah Adat Krong Bade selain berfungsi sebagai identitas budaya juga mempunyai fungsi praktis sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh. Rumah adat ini mempunyai ruangan dengan fungsinya masing-masing yang berbeda. Dilansir dari Merah Putih, di bawah ini adalah beberapa komponen utama dari rumah adat Aceh:

a. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)

Komponen rumah adat Krong Bade yang pertama adalah Seuramoe-ukeu. Ruangan ini disebut juga sebagai serambi depan yang berfungsi sebagai ruang untuk bersantai dan beristirahat bagi seluruh anggota keluarga. Serambi depan juga bisa dipakai sebagai tempat untuk menerima tamu.

b. Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)

Komponen rumah adat Krong Bade yang berikutnya adalah Seuramoe-likoot atau Serambi Belakang. Ruang serambi belakang mempunyai fungsi untuk menjadi sebuah dapur, tempat makan dan tempat untuk keluarga dalam berkumpul bersama.

c. Rumoh-Inong (Rumah Induk)

Komponen paling utama dari rumah adat Krong Bade adalah Rumoh-Inong atau Rumah Induk. Ruangan ini merupakan sebuah ruang inti dari rumah adat tersebut. Rumoh-Inong biasanya ditandai dengan lantai yang lebih tinggi dari serambi depan karena sifatnya yang lebih pribadi.

d. Rumoh-dapu (Dapur)

Apabila seseorang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi maka biasanya di dalam rumahnya mempunyai bagian Rumoh-dapu tersendiri yang terpisah dari ruangan lain. Dapur yang terpisah dari ruang utama juga merupakan salah satu cara untuk membedakan fungsi dengan ruangan yang lainnya.

e. Seulasa (Teras)

Berbeda dengan serambi depan, Seulasa atau teras memiliki fungsi untuk menerima tamu di depan rumah tanpa harus masuk ke dalam. Teras bisa juga menjadi tempat untuk berkumpul di depan rumah sekaligus menikmati suasana bersama keluarga.

f. Kroong-padee (Lumbung Padi)

Untuk rumah yang berukuran lebih besar umumnya mempunyai sebuah Kroong-padee atau lumbung padi tersendiri. Sesuai dengan namanya, tempat ini digunakan untuk menyimpan suplai padi untuk dijual atau dimasak sendiri bersama keluarga. Selain itu ruangan ini juga biasanya dipakai untuk menyimpan alat penumbuk padi.

g. Keupaleh (Gerbang)

Rumah adat Krong Bade yang berukuran besar umumnya mempunyai sebuah Keupaleh atau gerbang. Gerbang ini juga berfungsi sebagai pembatas dari rumah menuju jalan utama.

h. Tamee (Tiang)

Pada rumah adat Krong Bade terdapat sebuah kayu perama yang ditancapkan pada tanah merupakan sebuah tanda dan akan dianggap sebagai tiang utama dari rumah adat tersebut. Tiang yang ada pada rumah adat mempunyai bahan utama dari kayu.

 

Tip Rumah

Sebelum memasuki rumah adat Aceh Krong Bade Anda harus mencuci kaki terlebih dahulu dengan menggunakan gentong air yang sudah disediakan di depan rumah.

5. Tahapan Membangun Rumah Adat Aceh

Sama seperti rumah adat yang lainnya, proses dan tahapan untuk membangun sebuah rumah adat Aceh tidak boleh dilakukan secara sembarangan begitu saja. Ada beberapa proses yang dilalui secara bertahap agar pembangunannya bisa dilakukan. Di bawah ini adalah beberapa tahapan untuk membangun rumah adat Aceh Krong Bade.

 

a. Musyawarah

Tahapan paling utama yang wajib dilakukan sebelum adanya pembuatan rumah adalah untuk melakukan musyawarah keluarga. Setelah hasilnya sudah ditentukan dan mencapai kata mufakat maka seluruh hasil dari perencanaan harus disampaikan kepada Teungku atau Ulama pada kampung tersebut. Setiap masyarakat perlu melaporkannya kepada Teungku untuk mendapatkan berbagai saran berharga untuk membuat rumahnya bisa menjadi lebih nyman dan tentram.

b. Pengadaan Bahan        

Setelah musyawarah selesai dilakukan maka tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan bahan-bahan pembangunan rumah. Beberapa bahan yang diperlukan untuk membangun sebuah rumah adalah seperti kayu, bambu, daun rumbia dan beberapa ilalang untuk dijadikan pengikat.

Proses pengadaan bahan akan dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat setempat. Pemilihan kayu dilakukan secara teliti dan hanya menggunakan kayu yang tidak dililit oleh akar dan tidak akan menyebabkan kayu lain menjadi berjatuhan apabila dipotong.

 c. Pengolahan Bahan

Setelah seluruh bahan lengkap terkumpul maka proses yang selanjutnya adalah melakukan pengolahan bahan. Seluruh kayu akan dikumpulkan pada sebuah tempat yang teduh dan tidak terkena air hujan. Kayu-kayu tersebut akan direndam terlebih dahulu untuk menghindari agar tidak busuk dan dimakan oleh serangga. Setelah itu, barulah kayu akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah.

d. Pendirian Rumah

Setelah seluruh bahan selesai diolah maka barulah proses pendirian rumah dimulai. Tahap awal dalam pembangunan rumah adat Aceh adalah dengan membuat sebuah landasan sebagai tempat untuk memancang kayu pertama. Kayu pertama tersebut akan menjadi sebuah tiang raja dan akan diikuti oleh tiang yang lainnya.

Setelah seluruh tiang telah terpasang dengan baik barulah dilanjutkan dengan pembuatan bagian tengah dari rumah yaitu meliputi dinding dan lantai rumah. Tahap terakhir yang dilakukan adalah pemasangan berbagai bentuk ornamen sebagai hiasan pada rumah seperti ukiran dan lukisan.

6. Keunikan Rumah Adat Aceh

Setiap rumah adat pasti hadir dengan keunikannya sendiri. Rumah adat Aceh Krong Bade sendiri mempunyai beberapa keunikan yang membedakannya dari rumah biasa pada umumnya. Di bawah ini merupakan beberapa keunikan yang bisa Anda temukan pada rumah adat Aceh Krong Bade:

  • Rumah Krong Bade dibangun dengan menggunakan material yang berasal dari alam sekitar. Dalam pembangunannya, rumah adat ini sama sekali tidak menggunakan paku dan hanya menggunakan tali yang berasal dari serabut akar dan daun.
  • Ukiran yang ada pada rumah Krong Bade melambangkan status sosial dari keluarga tersebut. Apabila di dalam rumah semakin banyak ukirannya maka dapat dikatakan bahwa keluarga tersebut mempunyai status sosial yang lebih tinggi.
  • Pintu pada rumah adat Aceh mempunyai ukuran yang lebih kecil dari tinggi manusia pada umumnya. Hal ini sengaja dibuat untuk memberi salam hormat kepada pemilik rumah dengan harus membungkuk terlebih dahulu sebelum memasuki rumah tanpa membedakan kasta dari tamu yang akan masuk ke dalam rumah.

 

2.    

                                                   2.  RUMAH ADAT PAPUA (RUMAH HONAI)

Dengan tinggi sekitar 2 – 2.5 meter, rumah adat dari Papua terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama biasanya terdiri dari kamar-kamar dan digunakan sebagai tempat tidur, dan lantai kedua digunakan sebagai tempat beraktifitas: ruang santai dan lain-lain. Di tengah ruangan di lantai pertama terdapat api unggun yang digunakan untuk menghangatkan diri. Rumah adat Papua Honai  merupakan rumah dengan arsitektur yang sederhana, inti dari rumah ini adalah rumah yang melindungi orang-orang yang tinggal di dalamnya dari udara dingin, tanpa fungsi rumit lainnya.

    Kesederhanaan ini mungkin yang dijadikan patokan utama bagi suku Dani untuk membangun rumah Honai mereka, karena mereka termasuk jenis suku yang kerap kali berpindah tempat. Kesederhanaan desain dan bentuk Honai memudahkan mobilitas mereka.

Jenis-jenis rumah Adat Papua

Rumah Honai terdiri dari 3 jenis, yaitu rumah untuk para lelaki (disebut Honai), rumah untuk para wanita (disebut Ebei), dan rumah untuk ternak mereka, babi (disebut Wamai). Ada juga beberapa orang Papua yang tidak lagi tinggal di rumah adat Papua seperti pakem yang dulu ada, dan tinggal bersamaan antar anggota keluarga inti, namun ternak/babi selalu mendapatkan rumah tersendiri. Bagi orang Papua, ternak merupakan harta yang sangat berharga.

Rumah adat provinsi Papua sebenarnya hanya ada 1 jenis saja, yaitu Honai itu sendiri. Jika terdapat beberapa perbedaan, itu dikarenakan perbedaan daerahnya saja dan perbedaannya tidak begitu mencolok. Rumah Honai dibuat berkelompok, karena kadang satu keluarga membutuhkan lebih dari satu rumah untuk tempat ternak mereka tinggal, dan anak-anak yang sudah akil baligh/dewasa. Dilihat dari arsitekturnya yang sederhana, rumah ini berbentuk hampir seperti kerucut dengan batu-batu kecil mengelilingi rumah tersebut.

Keunikan khasanah kebudayaan bangsa tercermin dari banyaknya jenis rumah yang ada di Indonesia. Walaupun Honai merupakan rumah asli suku Dani, kita dapat menjumpainya di beberapa museum yang tersebar di Indonesia dikarenakan banyak juga orang yang penasaran atau ingin tahu jenis rumah suku Dani papua ini. Honai dan rumah-rumah adat suku lainnya merupakan bukti kekayaan budaya bangsa kita yang patut kita ketahui.

 

 

3.                                                        3. RUMAH ADAT MINANGKABAU (RUMAH GADANG)

Minangkabau merupakan kelompok etnis di Pulau Sumatera yang memiliki wilayah yang luas. Minangkabau memiliki ragam budaya dengan ciri khas tertentu. Kebudayaan yang dimiliki sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Minangkabau (Minang) beserta unsur agama yang kuat.

Salah satu kebudayaan yang menjadi identitas kuat masyarakat Minang adalah rumah adat Minangkabau, atau yang disebut juga dengan Rumah Gadang. Sebagai rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang tidak terlepas dari sejarah yang dimilikinya.

Bentuk fisik Rumah Gadang Minangkabau mirip sekali dengan tubuh kapal. Konon katanya wujud rumah tersebut terinspirasi dari lancang (kapal) nenek moyangnya yang dibuat sebagai rumah dengan pondasi-pondasi kayu. Selanjutnya cucu-cucu mereka meniru pembuatan rumah tersebut.


Rumah Gadang, selain sebagai tempat tinggal, juga dapat berfungsi sebagai tempat untuk musyawarah keluarga, upacara-upacara, serta menjadi kebanggaan sendiri sebagai rumah adat Minangkabau.

 Keunikan Rumah Adat Minangkabau

1. Bentuk Atap Yang Unik

2. Pilar Rumah Gadang Dan Lanjar

3. Bentuk Interior Rumah

4. Motif Ukiran Rumah Gadang

5. Rangkiang

6. Istana Pagaruyuang

7. Bagian Dalam Rumah Gadang

 Dalam aplikasinya, Rumah Gadang melahirkan berbagai tata krama bagi orang yang mengunjunginya. Bagi setiap orang yang mengunjungi Rumah Gadang, harus mencuci terlebih dahulu kakinya. Melihat kekhasan yang dimiliki oleh Rumah Gadang, maka rumah ini sarat dengan nilai-nilai filosofis yang tinggi.

Nilai-nilai ini merupakan makna yang didapatkan dan ditafsirkan melihat bagian-bagian rumah yang ada. Makna filosofis ini sangat kuat dan memperkokoh kebudayaan rumah adat yang dimiliki.

4.    


                                                                  4.   RUMAH ADAT RIAU

Riau merupakan sebuah provinsi di Pulau Sumatera yang wilayahnya meliputi kepulauan Riau dan beberapa pulau kecil lainnya yang terletak di sebelah timur Sumatera dan selatan Singapura. Provinsi yang beribukota di Pekanbaru ini menjadi salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan berbagai macam sumber daya alamnya.

Riau memiliki keanekaragaman budaya yang dipengaruhi oleh Suku Melayu dan Tionghoa serta beberapa suku lain yang menambah kekayaan seni dan budayanya. Selain terkenal dengan Baju Kurungnya, Riau juga memiliki rumah adat yang khas.

Pada masyarakat Melayu tradisional, rumah bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja tetapi juga sebagai tempat untuk bermusyawarah, melakukan upacara adat, dan tempat berlindung bagi siapa saja yang memerlukan.

Tidak heran jika bentuk bangunan rumah adat Melayu tradisional di Riau biasanya memiliki ukuran cukup besar dengan model rumah panggung yang menghadap ke arah matahari terbit. Berdasarkan fungsinya, jenis rumah adat Melayu dibedakan menjadi rumah kediaman atau tempat tinggal, rumah balai, rumah ibadah dan juga rumah penyimpanan.

           

 Secara umum rumah adat di Riau terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a.    Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah adat ini memiliki hiasan perahu pada bagian kaki dindingnya. Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah jumlah tangga yang selalu ganjil, seperti lima, tujuh, dan seterusnya. Namun biasanya banyak masyarakat yang menggunakan lima anak tangga karena menjadi simbol rukun Islam.

Adapun bentuk tiang dari rumah adat ini pun memiliki arti tersendiri. Seperti misalnya pada bentuk segi empat yang melambangkan empat arah mata angin, segi enam yang melambangkan rukun iman dalam agama Islam, dan lain sebagainya.

b.    Rumah Melayu Lipat Kajang

Nama rumah adat ini diambil berdasarkan bentuk atap rumahnya yang menyerupai perahu dengan ujung atas bangunan yang melengkung ke atas.

c.     Rumah Melayu Atap Limas Potong

Jenis rumah adat ini memiliki ciri khas berbentuk rumah panggung yang menyerupai limas terpotong. Ketinggiannya sekitar 1,5 meter dan terdiri dari beberapa ruangan di dalamnya. Setidaknya ada lima bagian utama, yaitu teras, ruang depan, ruang tengah, ruang belakang atau tempat tidur dan dapur. Jenis rumah ini masih banyak ditemukan di wilayah Kepulauan Riau.

d.    Balai Selaso Jatuh Kembar

Balai Selaso Jatuh Kembar memiliki makna dua selasar (selaso,selaso) dimana lantainya lebih rendah dari ruangan tengah. Masyarakat Melayu Riau sering menyebut rumah ini dengan Balai Selaso Jatuh.

Jenis rumah adat ini biasanya tidak digunakan sebagai tempat tinggal melainkan untuk kegiatan kemasyarakatan, dan dikenal dengan sebutan Balai Pengobatan, Balirung Sari, Balai Karapatan, dll.

Rumah adat ini dilengkapi dengan berbagai hiasan atau ornamen berupa ukiran flora dan fauna dengan masing-masing sebutan yang berbeda. Misalnya saja motif ukiran pada tangga yang disebut dengan ombak-ombak atau lebah bergantung.

Motif ukiran di atas pintu dan jendela yang disebut dengan lambai-lambai. Motif ukiran di samping pintu dan jendela yang disebut dengan semut beriring atau kisi-kisi. Motif ukiran pada tiang yang disebut dengan tiang gantung, motif ukiran pada ujung atas dan bawah tiang yang disebut dengan pucuk rebung. Motif ukiran pada bidang memanjang atau melengkung yang disebut dengan kalok paku.

Selain itu ada juga motif ukiran pada cucuran atap yang disebut dengan sayap layang-layang. Motif ukiran pada puncak atap yang disebut dengan selembayung, serta motif ukiran pada langit-langit rumah dan ventilasi yang disebut dengan melur atau bunga cina.

e.    Rumah Adat Belah Bubung

Rumah adat dengan gaya rumah panggung ini memiliki ketinggian sekitar 2 meter dari permukaan tanah. Disebut dengan bubung karena rumah adat ini menggunakan bambu atau bubung.

Konstruksi bangunan dari rumah adat ini terbuat dari bahan-bahan alami. Seperti kayu yang digunakan untuk pembuatan tiang, tangga, bendul, gelagar, dan rasuk. Sementara bagian dindingnya menggunakan papan dan atap menggunakan daun nipah atau rumbia.

f.      Rumah Singgah Sultan Siak

Disebut demikian karena rumah adat ini merupakan salah satu tempat persinggahan dari Sultan Siak, Sultan Syarif Qasim II. Kombinasi warna krem, kuning keemasan, dan biru masih dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya. Bangunan dengan model rumah panggung khas Riau ini terbuat dari material kayu, sementara pada pondasinya menggunakan tiang penyangga untuk mengantisipasi luapan air sungai.

Secara umum Rumah Adat Melayu Riau memiliki beberapa komponen, yaitu:

Atap, yang terdiri dari silangan pada perabung (ujung atap) dan kaki atap dimana keduanya melengkung ke atas. Adapun hiasan pada perabung dikenal dengan sebutan selembayung (sulo bayung) dan pada kaki atap disebut dengan sayok layangan.

Loteng atau ruangan pada langit-langit yang terdiri dari dua bagian, yaitu langsa dan paran pada bagian dapur. Meski begitu tidak semua ruangan memiliki loteng, ruang tamu pada sebagian rumah dibiarkan tetap terbuka. Loteng digunakan sebagai tempat untuk memingit calon pengantin perempuan, dan mengintip ke ruangan tamu atau luar rumah. Itulah mengapa loteng sering disebut juga dengan “anjungan mengintai”.

Lobang angin atau ventilasi yang biasanya berbentuk simetris dengan model persegi empat, persegi enam, persegi delapan, maupun lingkaran. Lobang angin ini letaknya berada di atas pintu atau jendela dengan material yang terbuat dari kayu sungkai.

Dinding yang pada zaman dahulu dibuat miring dengan sudut sekitar 20-30 derajat yang diyakini merupakan adaptasi dari bentuk kapal. Meskipun pada bagian luar dinding rumah terlihat miring, namun dinding bagian dalam tetap dibuat lurus. Menariknya lagi, pada dinding ini tidak menggunakan rangka melainkan balok kayu yang disebut purus dan tempat menanam dinding yang disebut jenang.

Lantai yang pada bagian utama dibuat rapat sementara pada bagian dapur dibuat agak renggang. Lantai rumah biasanya terbuat daru kayu meranti, medang atau punak, sementara lantai dari kayu nibung diletakkan pada bagian belakang rumah atau kamar mandi yang sering terkena air. Susunan lantai dibuat sejajar dengan rasuk dan melintang di atas gelegar yang pada bagian ujungnya dibatasi dengan bendul.

Bendul yaitu batas ruangan dan batas lantai yang terbuat dari kayu. Bagian ini berfungsi sebagai penguat dan pengikat pada ujung-ujung lantai sehingga tidak boleh bersambung.

Pintu, ambang atau lawang yang dibagi menjadi dua jenis yaitu pintu yang menghubungkan bagian luar dengan bagian dalam rumah dan pintu yang menghubungkan bagian-bagian di dalam rumah. Pintu ini terbuat dari kayu pilihan dengan beberapa hiasan atau ornamen ukiran tertentu.

Jendela yang dalam bahansa Melayu disebut dengan tingkap atau pelinguk. Bentuk jendela mirip dengan pintu yang terdiri dari satu-dua jendela dengan diberi kisi-kisi dan panel setinggi 30-40 cm.

Tangga yang biasanya berjumlah ganjil dan dilengkap dengan tiang tangga berbentuk bulat atau persegi. Letaknya yang berada di samping rumah dimaksudkan agar pandangan orang luar tidak langsung menuju ke dalam rumah. Meski begitu ada juga yang meletakkan tannga di depan rumah.

Tiang yang jumlahnya memiliki makna filosofi tertentu. Tiang dengan jumlah 4 atau 8 melambangkan arah mata angin yang juga menjadi simbol pengharapan rezeki dari berbagai penjuru. Tiang dengan jumlah 7 melambangkan adanya tujuh tingkatan di surga dan neraka.

Sementara untuk tiang berjumlah 9 yang disebut dengan tiang rangkaye merupakan simbol kemampuan ekonomi pemilik rumah. Pada tiang ini juga terdapat tutup tiang yang menjadi pengunci tiang-tiang sebagai penyangga rumah.

Selain itu juga terdapat komponen berupa kolong rumah yang digunakan untuk menyimpan kayu bakar maupun sampan, rasuk dan gelegar yang berfungsi sebagai pasak, jenang sebagai penyambung dinding, sento yang menjadi penghubung antar jenang, dan alang yang dipasang melintang di atas tutup tiang.

Ada juga kasau atau kaki kuda-kuda yang juga berfungsi sebagai pengikat atap. Gulung-gulung yang dipasang sejajar dengan tulang bubung, serta singap atau teban layer yang dibuat bertingkat dan bisa berfungsi sebagai lobang angin.

 

5.                                                                                                        

                                                                                                                                                                                                                                    5. RUMAH ADAT LAMPUNG

     Lampung merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang secara geografis berbatasan dengan Sumatera Selatan, Selat Sunda, Samudera Hindia, dan Laut Jawa. Provinsi paling selatan di Pulau Sumatera ini memiliki dua wilayah kota besar, yaitu Bandar Lampung dan Kota Metro.

Lampung identik dengan Taman Nasional Way Kambas yang merupakan Pusat Konservasi Gajah pertama di Indonesia. Lampung juga terkenal dengan cita rasa kopi robustanya yang khas dan populer dengan sebutan Kopi Lampung.

Bukan hanya terkenal dengan taman nasional dan kopinya saja, Lampung juga memiliki ragam kekayaan adat dan budaya yang menjadi identitas masyarakat Lampung pada umumnya. Salah satunya adalah rumah adat Lampung yang dikenal dengan sebutan Nuwou Sesat atau Sesat Balai Agung

Selat Balai Agung digunakan sebagai tempat pertemuan bagi para penyimbang adat atau purwatin. Sebelum memasuki rumah adat ini harus melewati jambat agung atau tangga yang pada bagian atasnya terdapat payung warna putih, kuning, dan merah. Ketiga warna tersebut merupakan simbol dari kesatuan masyarakat Lampung.




Kaya dengan adat istiadat unik, lampung juga memiliki keragaman adat yang hingga kini masih dipertahankan, salah satunya adalah rumah adat. Berikut daftar lengkap rumah adat Lampung yang sebaiknya kita ketahui:

1. Nuwou Sesat

Rumah adat Lampung ini berbentuk rumah panggung dengan deretan tiang penyangga yang cukup tinggi. Tujuannya adalah untuk menghindari serangan binatang buas, mengingat letak rumah biasanya berada di dekat hutan. Bentuk rumah panggung juga diyakini lebih aman untuk menghadapi gempa bumi.

Istilah nuwou sesat berasal dari Bahasa Lampung, nuwou yang memiliki makna rumah atau tempat tinggal dan sesat yang berarti adat. Atau sering disebut juga dengan bantaian yang berarti bangunan untuk tempat bermusyawarah dan menyimpan bahan makanan.

Hal ini dikarenakan fungsi nuwou sesat bukan hanya sebagai tempat tinggal saja tetapi juga sebagai tempat untuk menyelenggarakan pertemuan adat sekaligus upacara adat. Meski begitu, saat ini fungsinya lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal.

Seperti rumah adat pada umumnya, bagian-bagian dalam rumah adat Nuwou Sesat juga memiliki nama dan fungsi yang berbeda, diantaranya adalah seperti berikut:

Pondasi dan tiang penyangga yang terdiri dari umpak batu berbentuk persegi sebagai pondasinya dan tiang-tiang penyangga (tihang duduk) yang diletakkan di atas umpak batu. Jumlah tiang pada bangunan ini kurang lebih 35 buah dengan jumlah tihang induk (tiang utama) sebanyak 20 buah.

Dinding rumah adat nuwou sesat terbuat dari kayu dengan bentuk setangkup ganda, demikian juga pada bagian jendela namun ukurannya lebih kecil. Rumah adat ini memiliki empat buah jendela pada bagian depan yang dilapisi oleh teralis kayu.

Atap rumah adat nuwou sesat disebut dengan istilah rurung agung. Atap dan ujung bubungan yang memusat pada titik tengah bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat atau dikenal dengan istilah button.

Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu buah kayu bulat lagi yang berlapis tembaga, sementara di atasnya terdapat dua tingkat dari tembaga atau kuningan. Pada bagian paling atas dilengkapi perhiasan dari batu yang disesuaikan dengan selera pemilik rumah.

Tangga rumah adat Nuwou Sesat yang disebut dengan ijan geladak menjadi akses keluar masuk rumah karena bentuknya rumah panggung. Tangga juga berfungsi sebagai tempat penjaga menyampaikan sesuatu kepada para tamu ketika kegiatan pepung adat berlangsung. Letaknya berada di bagian depan rumah dan biasanya dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik yang membuat bagian depan rumah terlihat lebih cantik.

Teras atau serambi rumah yang disebut dengan anjungan, berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu kehormatan, melakukan pertemuan kecil atau sekedar beristirahat. Sementara lantai nuwou sesat yang disebut dengan khesi atau papan, terbuat dari kayu klutum, bekhatteh, dan belasa.

Ruang bagian dalam rumah adat nuwou sesat terdiri dari pusiban yang merupakan tempat untuk pepung adat atau bermusyawarah dan hanya boleh dimasuki oleh para penyimbang dan beberapa tamu saja. Tetabuhan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan alat musik dan pakaian adat Lampung, gajah merem yang digunakan sebagai tempat penyimbang beristirahat, dan kebik tengah yang digunakan sebagai tempat tidur bagi anak penyimbang.

2. Nuwou Balak

Yaitu rumah adat Lampung yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para penyimbang adat atau kepala adat yang dalam Bahasa Lampung disebut dengan Balai Keratun. Ukuran rumah adat ini sekitar 30×15 meter yang bagian depannya dilengkapi dengan beranda sebagai tempat untuk menerima tamu dan bersantai.

Bangunan utama rumah adat ini terbagi menjadi beberapa ruangan, diantaranya adalah dua ruangan untuk pertemuan, satu ruang keluarga, dan delapan kamar yang salah satunya digunakan sebagai tempat tinggal bagi istri penyimbang.

Sementara dapur dari rumah adat ini berada di bagian belakang yang terpisah dari bangunan rumah utama. Keduanya dihubungkan dengan sebuah bangunan seperti jembatan yang pada bagian atapnya terbuat dari ijuk enau dengan bentuk seperti perahu terbalik.

Secara garis besar, rumah adat nuwou balak terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Lawang kuri atau gapura, ijan geladak atau tangga masuk, rurung agung atau atap, anjungan atau serambi untuk pertemuan kecil, pusiban atau tempat musyawarah resmi, dan lapang agung atau ruangan untuk kaum wanita berkumpul.

Selain itu juga ada kebik temen atau kebik kerumpu sebagai kamar tidur anak penyimbang bumi atau yang tertua, kabik rangek yang merupakan kamar bagi anak penyimbang ratu atau anak kedua dan juga kebik tengah atau kamar tidur bagi anak penyimbang batin atau anak ketiga.

3. Lamban Balak

Yaitu rumah adat etnis Saibatin yang bentuknya hampir sama dengan rumah adat Nuwou Balak. Berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu dan papan pada bagian dinding, lantai, maupun kerangkanya.

Rumah adat ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah:

Jan atau tangga masuk menuju ke rumah panggung, lepau atau bekhanda yang merupakan ruang terbuka pada bagian depan rumah, lapang luakh yang merupakan ruang tamu atau tempat untuk bermusyawarah, dan lapang lom atau ruang keluarga yang juga difungsikan sebagai tempat bermusyawarah.

Bilik kebik yang merupakan kamar utama, tebelayakh yang merupakan kamar kedua, sekhudu yaitu ruangan belakang yang diperuntukkan bagi ibu-ibu, dan panggakh atau loteng rumah yang digunakan sebagai tempat menyimpan barang, piranti untuk keperluan adat, dan benda pusaka.

Depokh atau dapur, gakhang yang digunakan sebagai tempat untuk mencuci perabotan dapur, dan juga bah lamban yang berada di bagian bawah rumah panggung. Biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen seperti kopi atau padi.

4. Lamban Pesagi

Lamban Pesagi merupakan rumah adat lampung berusia ratusan tahun. Namun masih berdiri kokoh hingga saat ini, tanpa perubahan berarti sejak pertama kali dibangun, bahkan bentuk aslinya masih dipertahankan.

Rumah ini memiliki atap yang terbuat dari ijuk dengan bangunan kayu yang telah disusun dan disatukan menggunakan pasak kayu. Lambah Pesagi berasal dari wilayah Lampung Barat dengan bentuk rumah panggung.

Berbeda dengan rumah panggung lain yang pada bagian bawahnya digunakan untuk menyimpan hasil panen, rumah Lamban Pesagi dilengkapi dengan lumbung yang digunakan untuk menyimpan hasil panen.

5. Nuwou Lunik

Yaitu rumah adat Lampung yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya dengan ukuran yang lebih kecil. Jenis rumah ini tidak dilengkapi dengan beranda, dan pada bagian serambi hanya terdapat sebuah tangga yang letaknya berada di bagian pintu masuk yang mengarah ke tanah.

Jika dibandingkan dengan nuwou balak, bentuk rumah nuwou lunik terlihat lebih sederhana dan hanya memiliki beberapa kamar tidur saja. Sementara bagian dapurnya menyatu dengan banguan utama rumah dengan bentuk atap yang lebih bervariasi, ada yang menyerupai bentuk perahu terbalik dan juga limas.

 

6.    

                                                                                                                                                                                                                                                       6.  RUMAH ADAT BALI

Rumah adat Bali banyak terdapat di Bali yang sampai saat ini masih sering kita jumpai keberadaannya. Banyak sekali yang tertarik oleh salah satu kota ini, entah karena keragaman budaya, atau adat yang begitu kental yang Bali miliki.

 Bahkan keragaman dan keindahan wisata yang dimiliki dan menjanjikan bagi wisatawan. Siapa saja yang berkunjung ke Bali pasti akan termanjakan oleh beberapa hal yang dimiliki oleh Bali sebagai destinasi wisata yang sudah terkenal sampai mancanegara.


Para masyarakat di Bali juga sangat terkenal dengan bagaimana menjaganya dalam kelestarian budaya yang sudah diwariskan oleh para leluhur-leluhurnya. Begitu juga dengan rumah adat yang disinggahi, meskipun sudah berapa banyak atau bahkan berapa sering warga asing keluar masuk ke pulau mereka, itu tidak bisa membuat goyah para masyarakat leluhur dalam menjaga warisan para leluhur.

Macam-Macam Bangunan Rumah Adat Bali

1. Bangunan angkul-angkul

2. Aling-Aling

3. Bangunan Sanggah

4. Rumah Adat Bale Manten

Material Pembangunan

Arsitektur Rumah Adat Bali

Struktur Ruangan Rumah Dan Fungsinya

1. Penginjeng Karang

2. Bale Manten

3. Bale Gede Atau Bale Adat

4. Bale Dauh

5. Paon

6. Lumbung

 Macam-Macam Bangunan Rumah Adat Bali

Arsitek yang biasa menangani rumah adat Bali tentunya memiliki pedoman tersendiri untuk membangun rumah adat tersebut. Misalnya berpedoman kepada kosala kosali, dengan begitu arsitek dapat mendesain rumah adat bali yang diinginkan. Dibawah ini beberapa bangunan rumah adat Bali :

1. Bangunan angkul-angkul

Angkul-angkul adalah bangunan yang menyerupai gapura yang juga memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Ada hal yang membedakan angkul-angkul ini dengan yang lainnya, yaitu bangunan ini memiliki atap di atasnya.

2. Aling-Aling

Bangunan ini adalah bangunan yang berdominan sebagai pembatas  antara angkul-angkul dan pekarangan ruangan atau biasa di sebut dengan tempat suci. Ternyata aling-aling ini mempunyai arti tersendiri yaitu terkenal dengan adanya hal-hal positif yang masuk jika terdapat aling-aling di rumah tersebut.

3. Bangunan Sanggah

Bangunan sanggah adalah bangunan suci yang biasanya terletak di sebelah ujung timur laut dari rumah. Fungsi dari bangunan sanggah sebagai tempat sembahyang bagi keluarga besar yang biasa melakukan sembahyang umat hindu.

 4. Rumah Adat Bale Manten

Bangunan satu ini adalah bangunan yang khusus untuk anak perempuan dan kepala keluarga. Bale tersebut berbentuk persegi panjang dan biasa diletakkan di sebelah timur. Di dalam ruangan bale tersebut terdapat 2 bale yang lainnya yang biasa terdapat di sebelah kanan dan juga kiri.

Material Pembangunan

Jika kalian yang sudah mengetahui rumah adat satu ini, ternyata pembangunannya itu tidak disamakan atau bahkan sebagian besar tidak disamaratakan karena terdapat beberapa hal. Mungkin bisa jadi karena hal ekonomi dan sebagainya.

Misalnya bagi masyarakat biasa jika membangun rumah adat cukup dengan menggunakan peci yang biasanya terbuat dari tanah liat dan sebaliknya. Jika bangsawan yang membangun rumah adat, biasanya menggunakan tumpukan bata sebagai pondasi dasar rumah adat tersebut. Begitu juga dengan atapnya, yang menggunakan genting sebagai bahan dasar sebagai menutup alang-alang rumah tersebut. Tapi semua itu kita kembalikan kepada kondisi perekonomian yang dimiliki.

Arsitektur Rumah Adat Bali

Bagi yang sudah berkunjung ke Bali tentunya kalian sering menemukan rumah adat Bali bukan? Rumah Adat Bali biasanya di sebut dengan gabura candi bentar yang saat ini sudah di resmikan menjadi rumah adat Bali.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Deskripsi dan Penjelasan Tentang Rumah Adat

0 komentar:

Posting Komentar